www.pandjalu.com Open in urlscan Pro
2a00:1450:400d:806::2013  Public Scan

Submitted URL: http://pandjalu.com/
Effective URL: http://www.pandjalu.com/
Submission: On March 03 via api from US — Scanned from DE

Form analysis 1 forms found in the DOM

http://www.pandjalu.com/search

<form action="http://www.pandjalu.com/search" class="gsc-search-box" target="_top">
  <table cellpadding="0" cellspacing="0" class="gsc-search-box">
    <tbody>
      <tr>
        <td class="gsc-input">
          <input autocomplete="off" class="gsc-input" name="q" size="10" title="search" type="text" value="">
        </td>
        <td class="gsc-search-button">
          <input class="gsc-search-button" title="search" type="submit" value="Telusuri">
        </td>
      </tr>
    </tbody>
  </table>
</form>

Text Content

skip to main | skip to sidebar



23/02/18


PRASANGKA BURUK KE MENGKUDU








KALA MEMASUKI USIA SENJA, Mengkudu tidak seperti manusia dalam urusan rupa.
Banyak ditemui manusia  yang masih rupawan. Lekuk wajahnya, tekstur kulitnya,
kencang, tak ada kerutan di muka, Masih sedap dipandang,awet  muda, kita sering
bilang orang tua yang seperti itu
Berbeda dengan mengkudu. hampir semua ke elokan di masa mudanya tak terlihat
lagi ketik buah ini telah berumur. Mengkudu tua tak pernah ada yang rupawan.
Mereka jadi peot, putih pucat,  kusam. Banyak bintik bintik kecoklatan. Tak ada
menariknya sama sekali. Baunya pun menyengat, idak biasa. Seperti bau jengkol
atau pete, punya karakter khusus, yang tak semua orang terbiasa menciumnya.
Seperti pesing tapi ada sengatan segar, bagi saya ketika menghirup permukaan
kulitnya.
Mengkudu,mengingatkan saya akan Ayah. Maksimal seminggu dua kali beliau minta
disiapkan mengkudu dari Soreang. Kebetulan pohonnya ada disana. Dikirim satpam
dengan motor, jus datang ke Bandung. Langsung Ayah habiskan dalam beberapa
sedotan, diselangi tahan nafas beberapa saat, untuk menghindari aromanya. Lalu
hidangan colenak—yang sengaja selalu disiapkan juga—langsung beliau lahap
segera. Untuk menyeimbangi after taste pahang dan kesat di mulut dan, katanya.
 Begitu kebiasaan Ayah saat menikmati jus mengkudu. Seperti terpaksa untuk
diminum. tetapi beliau sadar betul akan manfaatnya, Besar pengaruh mengkudu
untuk kebugarannya. Seperti terpaksa  tetapi beliau sadar akan manfaatnya.
Sangat berpengaruh besar jus mengkudu untuk kebugarannya. Meningkatkan sistem
kekebalan tubuh, karena pekerjaan luar lapangan menjadi salah satu hobi beliau.
Aktifitas minum jus Ayah ini masih jadi pergunjingan di keluarga besar kami.
Membayangkan rasanya masih selalu jadi misteri. Kedatangan jus mengkudu, horor
bagi orang di rumah.  Ibu saya pun emoh untuk sekedar pegang juice cup-nya,
haha. Geli sendiri sebenarnya drama menahun yang diciptakan mengkudu di keluarga
kami.


Selama ini juga saya tak mau bersentuhan dengan mengkudu. Saya masih menilai
rupa. Dilupakan, untuk menilai sendiri dulu saja rasa, tanpa harus mengenalnya.
Saya jadi seolah menolak ragam pemberiaan Tuhan. Pandangan keberagaman acapkali
tak sadar di tutupi sendiri dengan membangun segera perisai di depan. Mengkudu
dipergunjingkan. Kami mengolok, menebak nebak keburukannya. Dan sampailah saya
menemukan konsepnya.
Hancurkan mengkudu yang sudah tua dengan cara apapun. Diperas dengan tangan
kosong, atau ditumbuk di dalam cocktail shaker. Beri air mineral atau es batu.
Kemudian aduk, atau kocok. Saring dengan strainer. Wadahi sarinya. Buang
bijinya, sertakan ampasnya untuk mendapatkan tekstur. Boleh-lah memakai sedikit
madu, untuk nanti diaduk saat sedang meminumnya.


Berburuk sangka lagi, saya. Kali ini kepada buah mengkudu. Setelah mencicipi
rasanya di tegukan pertama, sekejap, langsung hilang prasangka rasa yang selama
ini menjadi momok keluarga. Menebak nebak keburukan, malah makin menjerumuskan
kami ke dalam pergunjingan. Saya merasa banyak menghabiskan waktu dengan
percuma, jadinya. Memikirkan kerikil, menjadikan saya kerdil. Malu. merasa dosa
atas nama sendiri dan keluarga. Prasangka selalu membayangi kami, manusia.
Dampak dari prasangka menjadikan kami cari-cari kesalahan dan kejelekan orang.
Energi banyak terbuang.



Rupa-rupanya, perbedaan rupa, ternyata, selalu ada dalam pandangan kehidupan
kita, keluarga, satu darah. Bagaimana jika ini memang masih terjadi dalam satu
negara, yang bersuku-suku. Satu bangsa. That's lame brothers.  — (P)
x









19/08/17


OLEH-OLEH DARI DUNKRIK






CREDIT: GETTY


MENCEKAM. SEPANJANG PERJALANAN Dunkrik, saya dan istri berusaha sekuat tenaga
melawan keinginan bicara, untuk berkomentar. Kami dibuat duduk dalam diam, untuk
memperhatikan. Mungkin hanya “Argh!”dan “Gila!” yang terucap terus-menerus
keluar dari mulut. Christopher Nolan mampu mempertahankan ketegangan dramatis
alur cerita.


Tepuk tangan dari kami, untuk Dunkrik. Sebuah film fiksi yang dibuat dari
peristiwa nyata pada akhir Mei dan awal Juni 1940 di Dunrik, pesisir Prancis.
Cerita potongan sejarah yang gelap ditampilkan dengan sangat berkilau.
Emosional. Menyentuh perasaan; mengharukan. Beberapa kali, aliran mata menghiasi
wajah kami berdua. Keindahan visual yang sepi. Bisu. tak tergesa-gesa; tenang;
santai, namun memicu deg-deg-an dengan menawan.



Dunkirk adalah tentang penderitaan dan keberanian. Tentang individu yang kurang
peduli diri mereka sendiri demi kebaikan yang lebih besar. Mereka merindukan
pulang. Ke rumah. Ke dalam kenyamanannya. Untuk terus hidup. Dan menjalankan
kembali kehidupannya.



CREDIT: GETTY



Selepas keluar bioskop Twenty One, tak hentinya saya dan istri terus membahas
apa yang baru saja kami saksikan. Saya memprediksi film ini bakal banyak masuk
nominasi Oscar dua ribu delapan belas nanti. Istri saya bertanya, “Mana Tom
Hardy-nya ya?”. Saya pun baru ingat. Iya, sempat sekilas baca review di koran,
Hardy berperan di film ini, tapi peran yang mana, saya tidak ngeh. Pun saya lupa
memperhatikan siapa saja aktor-aktor lain yang ikut bermain peran. Kami berdua
hanyut ke tengah-tengah Drunkik, sampai membuat kami tidak memperhatikan
nama-nama penokohannya.


Di  perjalanan pulang, saya izin mau berbelok arah dulu. Terlintas tiba-tiba
ingin membeli stroberi. Namun istri malah bertanya, “Itu siapa saja ya yang
berperan. Agak familiar sama satu orang itu, Pap. Lupa...”.


Tiba di toko langganan, stoberi yang ada semuanya imporan. Heran. Tidak biasanya
stoberi lokal absen tampil di rak buah-buahan. Harus jemput anak di rumah kakak,
saya jadi tak sempat mencari stroberi di lain tempat. Perjalanan pulang kami
lanjutkan. Hari semakin sore. Ternyata di area sekitar tempat kami tinggal pun
stoberi lokal memang sedang sulit ditemukan. Apa sebabnya, tidak lantas saya
pikirkan. Minta petik di lahan sebelah bisa dilakukan jika saja saya sedang
berada di Soreang.




selanjutnya >



12/08/17


MENGUNGKEP, BUKAN MENGUMPAT








“Beli satu ekor ayam pejantan hidup ukuran besar, minta potong menjadi delapan
bagian. Ambil bagian dalamnya juga, pap. Ati, usus, ampela. Jangan lupa cekernya
diminta. Atau beli lebih banyak cekernya deh. Ragasastra doyan soalnya. Sampai
rumah, bersihkan. Lumuri dengan perasan air lemon supaya tidak amis. Diamkan
selama lima belas menit, cuci kembali.”


selanjutnya >



07/08/17


MENGHAYATI TUMBUHAN






Tuhan menjadikan tanaman-tanaman yang merambat dan yang tak merambat, pohon
kurma, tanaman yang beraneka ragam rasanya, serta zaitun dan delima yang serupa
bentuk dan warnanya dan tak serupa rasanya. Dia menyuruh untuk memakan buahnya
apabila tumbuhan berbuah. Dengan kehendak-Nya juga manusia dihidupkan.
Diberikan-Nya alam, beserta isi yang berlimpah. Supaya bisa dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya. Oleh kita, manusia. Umat-Nya.


Tumbuhan menjadi materi dasar bagi terjadinya kehidupan di bumi. Tumbuhan hanya
ditemukan di bumi yang mempunyai cadangan air. Tumbuhan diturunkan ke bumi untuk
keuntungan manusia dan hewan. Dia menciptakan tumbuhan sebagai sumber makanan
bagi makhluk hidup-Nya.


selanjutnya >



31/07/17


MEMAKNAI AIR








Dari langit, Dia turunkan air yang memberi berkah, lalu ditumbuhkanlah dengan
air itu segala macam tumbuh-tumbuhan. Maka di keluarkan-Nya tumbuh-tumbuhan itu
tanaman yang menghijau. Di keluarkan-Nya dari tanaman yang menghijau itu butiran
yang melimpah. Kita sebagai makhluk hidup saangat memerlukan juga unsur organik
ini. Supayqa tubuh dapat menjalanan tugas dan fungsi alaminya sebagai manusia. 


selanjutnya >



29/07/17


MEMBEKALI RAGASASTRA







Kaget dan kecewa rasanya membaca paparan Tempo minggu ini. Yohanes Surya
menghiasi lembaran liputan khusus kriminalitas. Dia dituding menyebarkan KTA
bekedok beasiswa dan student loan kepada ratusan orang tua siswa Universitas
Surya.


Angan-angan pak Surya menjadikan universitasnya sebagai kampus besar seperti
Harvard University mungkin kini hanya mimpi yang mati. Ternyata, dari dua tahun
beroperasi, STKIP Surya sudah berjalan lunglai. Kepintaran ilmu fisika dan
visi-ambisi Yohanes Surya tak dibandingi dengan cara dia berstrategi. Secara
bisnis dan keuangan yang dikelola.


Pak Surya mungkin lupa, kepintaran yang dia miliki tidak dibekali dengan
pengalaman kerja sebagai pengusaha, bukan hanya "pembicara". Mungkin ini yang
selalu di ingatkan orang tua kita. Ilmu sekolah tak pernah sama dengan realita,
dunia kerja. 


selanjutnya >



27/07/17


MENERIMA KEADAAN







Mujair tak pernah datang dengan ajakan. Menghubunginya, mengharapkannya,
sekaligus mempersilahkan berenang leluasa di sebuah  kolam, sama sekali bukan
agenda resmi sebagian orang. Ikan ini datang dengan tiba-tiba dan mudah
terdeteksi di sudut-sudut kolam, saat kebanyakan mereka masih berwujud
anak-anak. Bukan satu, tapi bergerombol. 


Dan mungkin segerombolan anak di suatu sudut hanya berasal dari satu mulut
induk. Karena, dia—satu mujair betina—mampu menampung lima puluhan butir telur
untuk mengeraminya. Sampai bisa berkali-kali. Tak terbayang, misalnya, ada lima
betina, berapa banyak bayi munjair yang akan tumbuh-kembang. Beranjak dewasa,
dalam satu kolam air tawar.


selanjutnya >



20/07/17


PAGI DI BULAN JULI







"Saya ingat suasananya, akrab. Empat sampai lima tungku dikerubuti oleh belasan
orang yang setia menunggu serabi pesanannya. Asap tembakau, seruputan kopi,
gelak tawa, beringingan membuat ritme suara kehidupan pagi sambil disisipi
letupan suara kayu bakar. Sementara si emak penjual selalu asik konsentrasi
membuat serabi yang hanya mempunyai tiga ragam variasi: polos, oncom, dan yang
'termewah' yaitu: memakai telur. Begitu sederhana. Masih saya ingat kenangan
itu." 


Lima tahun yang lalu saya ungkapkan perasaan tersebut, kala menuliskan resep
sarapan di catatan Pagi Hari Dengan Serabi.


selanjutnya >

Postingan Lama Beranda

Langganan: Postingan (Atom)


ARSIP

Arsip Februari 2018 (1) Agustus 2017 (3) Juli 2017 (6) Maret 2017 (3) Mei 2016
(4) April 2016 (5) Oktober 2015 (2) September 2015 (5) Juni 2015 (2) Januari
2015 (1) April 2014 (3) Maret 2014 (5) Februari 2014 (5) Januari 2014 (2)
Agustus 2013 (2) April 2013 (4) Februari 2013 (1) Januari 2013 (1) Desember 2012
(8) November 2012 (1) Oktober 2012 (2) September 2012 (1) Agustus 2012 (4) Juli
2012 (4) Juni 2012 (1) Mei 2012 (2) April 2012 (5) Maret 2012 (5) Februari 2012
(8) Januari 2012 (5) Desember 2011 (4) November 2011 (1) Oktober 2011 (2)
Agustus 2011 (1) Juli 2011 (6) Juni 2011 (7) Mei 2011 (17) April 2011 (13) Maret
2011 (8)



PENCARIAN






BIODATA

 * L. Gunawan


 

Diese Website verwendet Cookies von Google, um Dienste anzubieten und Zugriffe
zu analysieren. Deine IP-Adresse und dein User-Agent werden zusammen mit
Messwerten zur Leistung und Sicherheit für Google freigegeben. So können
Nutzungsstatistiken generiert, Missbrauchsfälle erkannt und behoben und die
Qualität des Dienstes gewährleistet werden.Weitere InformationenOk